Heisenberg Menuju Berlin

Malam ini, berjuta pasang mata penikmat sepakbola akan tertuju ke Berlin. Final Liga Champion antara Juventus dan Barcelona menjadi puncak perjalanan tim-tim terbaik dari masing-masing liga di daratan eropa.

Juventus dan Barcelona yang akan berlaga di Berlin seolah mengingatkan saya tentang Heisenberg, fisikawan asal Jerman yang mengemukakan teori tentang ketidakpastian atau yang dikenal dengan “Prinsip Ketidakpastian Heisenberg”.

Secara sederhana, Prinsip Ketidakpastian Heisenberg menyatakan bahwa bahwa adalah (hampir) tidak mungkin untuk mengukur dua besaran secara bersamaan, misalnya posisi dan momentum suatu partikel subatom.

Prinsip Ketidakpastian Heisenberg memberikan kita suatu batas (limit) informasi simultan ketelitian dari dua variabel saat sebuah sistem coba diukur (diganggu). Limit disini bukanlah karena keterbatasan alat atau keterbatasan manusia, namun terkait dengan sifat komplementer (dualitas) yang melekat dari entitas kuantum, semacam elektron, proton, dll, yang menyusun alam semesta.

Heisenberg dan Finalis Liga Champions 2015
Semua orang tahu bahwa Barcelona adalah kesebelasan yang mengedepankan gaya “tiki-taka” meskipun tidak sekental seperti pada era Guardiola.

Tiki-taka bercirikan umpan-umpan pendek dan pergerakan yang dinamis, memindahkan bola melalui beragam saluran, dan mempertahankan penguasaan bola.

Dalam konteks Heisenberg, gaya tiki taka cenderung mengarah kepada momentum yang dalam fisika diartikan secara sederhana sebagai perkalian antara massa dan kecepatan.

Dengan gaya tiki-taka yang khas, Messi dkk sangat piawai mengatur tempo (kecepatan) permainan dengan pasing-pasing yang akurat dan karena itu sangat sulit dihentikan sebagaimana para ahli fisika melihat momentum sebagai ukuran kesulitan mendiamkan suatu benda.

Di lain pihak, Juventus yang nota bene berasal dari negeri Italia yang terkenal dengan sistem catenaccionya (kunci) mungkin lebih bisa diibaratkan sebagai posisi dalam mekanika kuantum Heisenberg.

Secara umum, catenaccio memegang prinsip pertahanan yang terorganisir dan rapat sehingga lawan kesulitan menyerang atau mencetak gol.

Dengan sistem catenaccio ini, Chielini dkk akan membentuk tembok pertahanan dengan mengatur posisi sedemikian rapat sehingga tridente Barcelona, Messi, Suarez dan Neymar, kesulitan menembus gawang Buffon.

Hal ini jugalah yang menjadi saran sang legenda Juve, Gianluca Vialli yang menginginkan ‘Bianconeri’ memainkan strategi “park the bus”. Menurut Vialli, “Bukan sebuah kriminal tentang strategi yang dianut oleh (Jose) Mourinho ini.”

Pertarungan dua kekuatan ini tentunya akan menyajikan hiburan berkelas untuk seluruh pencinta sepakbola. Dan akan lebih asyik apabila kita menikmatinya dengan cara Heisenberg.

Dalam hal ini, dari manapun kita berasal, klub apapun yang kita menjadi idola kita, dengan alasan apapun, malam ini kita harus memilih antara Juventus (posisi) atau Barcelona (momentum). Pilihan ini tentunya tidak berkaitan dengan salah dan benar namun lebih kepada selera dan alasan-alasan subjektif lainnya.

Masa Depan yang Tak Pasti
Dalam konteks Heisenberg di atas, pertarungan ini terbuka bagi kemenangan masing-masing pihak. Bagi Barcelona hal itu bisa terjadi sejauh mana Luis Enrique memodifikasi tiki-taka menjadi lebih berbahaya dengan sesekali menginstruksikan Andreas Iniesta membuat umpan langsung ke area pertahanan Juventus di mana Messi, Suarez dan Neymar siap menghancurkan tembok pertahanan Juventus.

Atau bagaimana Massimiliano Alegri siap menerapkan strategi grendel dan parkir bus dengan menumpuk pemain di area pertahanan sambil menunggu waktu  yang tepat untuk menyerang balik dengan mengandalkan kejeniusan seorang Andrea Pirlo dan kengototan Carlos Teves dan Alvaro Morata.

Tentunya hal ini akan diulas secara lebih komprehensif oleh para analis sepakbola sesuai dengan cara pandang dan berbagai faktor yang mempengaruhi jalannya pertandingan.

Namun, dengan segala pengetahuannya, semua pandangan, data dan fakta yang mereka paparkan hanya merupakan alat analisis tentang peluang menang dan kalah kedua klub. Implikasi prinsip Heisenberg tentang masa depan (hasil akhir pertandingan) yang tak pasti akan berlaku di sini.

Final UCL, Ketidakpastian Heisenberg dan Kita
Partai puncak memperebutkan “Si Kuping Besar” merupakan gambaran kehidupan kita masing-masing. Jika hidup adalah kompetisi, maka kemenangan dan kekalahan ibarat dua sisi mata uang.

Kemenangan dan kekalahan, dengan standar-standar tertentu, adalah dua hal yang berdiri bersama di akhir kompetisi. Semua kita pasti menginginkan kemenangan. Namun kita juga tak bisa mengelak kekalahan bila itu yang terjadi.

Yang dapat kita lakukan adalah menentukan fokus, mengeksplorasi segenap potensi yang kita miliki, menikmati proses yang kita jalani dan siap menerima resiko menang dan kalah dengan hati lapang.


Catatan: Malam ini, kita tak tahu apakah Heisenberg akan memilih fokus (mendukung) posisi (Juventus) atau momentum (Barcelona). Yang pasti, sebagai seorang Madridista (tanpa mengurangi rasa hormat kepada para Barcelonista), saya harus memilih Juventus. Bukankah ada pepatah yang berbunyi, “musuh dari musuhmu adalah sahabatmu”. Hala Madrid! Forza Juventus!

You Might Also Like

0 komentar